Kata Mereka, Celoteh Saya (10) - Ahmad Fahrizal Aziz




"Dinda itu terlalu bawa perasaan, lebay, gampang lupa, kurang percaya diri, kurang ekspresif, namun berhati lembut dan mau terus belajar."
-Kak Fahri


Saya tertawa; benar-benar tertawa, saat membaca kalimat di atas. Tidak mengira dia akan berkata begini.

*

Mengenalnya sejak akhir 2007, saya tidak menyangka masih bersahabat baik dengannya hingga kini. Kami diperkenalkan oleh ekskul Jurnalistik di MAN Kota kala itu. Dia adalah kakak kelas saya, sama-sama ada di jurusan Bahasa.

Kami juga cukup sering mengobrol di depan kelas sepulang sekolah. Ada banyak hal yang mengisi bincang kami ketika itu. Seputar Jurnalistik, dunia tulis-menulis, buku, musik, film, juga mata pelajaran hari itu.

Karena jurusan kami sama, mata pelajaran yang diajarkan pun juga sama, meski berbeda tingkatannya, tentu saja. Paling sering kami mengobrol tentang pelajaran Sastra dan Bahasa Inggris.

Kebiasaan berbincang itu masih terbawa hingga sekarang. Meski tak sesering dulu, karena kesibukan masing-masing. Tapi, setiap ada kesempatan, kami akan berbincang tentang banyak hal.

*

Mungkin ada beberapa pembaca yang merasa heran dengan panggilan saya untuknya. Mengapa saya memanggilnya Kak, bukan Mas, seperti teman-teman yang lain?



Panggilan itu berawal dari pengumuman pendaftaran ekskul Jurnalistik. Di sana tertera informasi singkat tentang ekskul tersebut, juga sejumlah persyaratan. Di bagian akhirnya, ada sebuah kalimat: 'Daftarkan dirimu di Kak Fahri, kelas XI Bahasa.' Sejak itulah saya memanggilnya Kak Fahri. Hingga sekarang, sapaan itu telanjur melekat dan sulit diubah.

*

Sejak di MAN, kami juga saling membaca karya novel dan cerpen masing-masing. Dia cukup banyak memberi saran dan kritik seputar ide, alur, juga konflik cerita. Sedangkan saya lebih sering mengoreksi ejaan dan tanda baca dari karya miliknya.

Ada cukup banyak karya Fahri yang menjadi favorit saya. Diantaranya yang berjudul Diary Tua, Biola Kayu, Di Sebuah Tepian, Klan, Ritus Kesunyian, Sylira dan Kenangan Hujan, dan Andai Sayapku Patah.

Ada pula puisi karyanya yang saya favoritkan, berjudul Hujan, Siapakah Engkau?
Ide-idenya brilian, meski gaya bahasanya masih ada yang terkesan formal. Sebab, kemudian Fahri memang lebih fokus pada tulisan-tulisan nonfiksi, seperti esai dan berita.

*

Bisa dikatakan, Fahri adalah pembuka jalan saya untuk beberapa hal. Masuk ke FLP Blitar, misalnya. Agustus 2008 lalu, dia mengajak saya datang ke acara launching FLP Blitar di Aula PSBR. Lalu, pada tahun 2015, dia juga mengajak saya bergabung saat FLP Blitar dibangkitkan kembali, dan sampai sekarang.




Fahri juga yang mendorong saya untuk kembali bernyanyi pada bulan April 2016 lalu. Berawal dari iseng meng-cover sejumlah lagu, yang kemudian saya mintakan pendapatnya.

Momen itu juga yang secara tak langsung membuat saya lebih berani (baca: pede) untuk tampil dan berbicara di depan publik. Mulai dari yang sederhana, seperti menjadi pemateri di rutinan FLP, hingga membaca puisi di sejumlah acara.

*

Dan, Fahri juga yang menjadi penggagas website ini. Meski sangat tahu bahwa saya masih moody-an untuk menulis, dia mendorong saya untuk mulai punya website pribadi yang agak 'niat'.

Saya pikir, boleh juga. Secara tak langsung, saya juga akan (dan masih) belajar untuk menulis secara rutin lewat website ini.
Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya saya punya rumah maya baru bernama Ruparasa yang sedang kalian buka ini.

*

Terimakasih yaa Kak, untuk masih selalu menyemangati saya menjadi lebih baik. Terimakasih untuk semua bantuannya selama ini. Maafkan untuk segala tingkah saya yang sering mengesalkanmu, ya. Hehehe...

Mungkin kamu memang sahabat saya yang bicaranya paling jujur dan apa adanya, tapi justru itu yang saya butuhkan. So, please keep being you in that character.

*

Terimakasih untuk tak pernah menganggap saya berbeda. Terimakasih untuk masih meyakinkan saya, bahwa kondisi kaki ini bukan halangan untuk saya bisa melakukan banyak hal.




Dan terimakasih telah dan masih menjadi salah satu sahabat terbaik selama 12 tahun ini. Semoga awet sampai tua, ya. Hehehe.

Semoga Allaah selalu memudahkan langkahmu. Keep empowering, enlightening, and inspiring people in your way.[]

14 Desember 2019
Adinda RD Kinasih


Comments

Popular posts from this blog

Masa Sekolah (2) - Taman Kanak-Kanak

Setiap Keberuntungan Punya Pemiliknya Masing-Masing

Tentang Dua Lelaki Kecil Bermata Sipit dan Segumpal Ingatan yang Turut Hadir