Kepada Lelaki yang Mencintaiku Pertama Kali

Kusadari, aku terlalu sombong Hingga anggap segala yang telah kuperbuat cukup untuk membalas semua yang telah kau korbankan Ku (tak) sadari, bahwa ternyata aku bisa sekejam ini Memasang wajah masam sebagai jawaban setiap pintamu, Perdengarkan gerutuan untuk menimpali nasihatmu Mata dan hatiku tertutup kesal, selama ini Hingga lupa pada siapa yang selalu mengantarku ke mana pun Hingga enggan mengingat siapa yang hampir selalu kumintai tolong; bahkan untuk hal se-sederhana menggambar pemandangan, mencipta prakarya, bahkan membungkus kado sekali pun, Melupa setiap piring nasi goreng, tahu goreng bersambal kecap, segelas kopi, juga apel dan pir yang telah bersih kulitnya untuk langsung kulahap Juga melupa setiap derai tawa yang hampir selalu dibagi ketika larut malam, Aku berpura tak kenal sejarah, Bahwa bertahun lalu, kau bekerja dari pagi hingga bertemu pagi lagi, demi cukupnya kaleng-kaleng susuku Bahkan hingga kini, tak jarang kau tanggalkan lelah, abaikan kantuk, itu juga untuk penuhi...