Ketahuilah, Kamu Belum Hilang dari Sini

Tengah malam memuram. Mata makin menajam, belum jua ingin memejam. Kubuka teras maya berdominasi putih biru dengan banyak tulisan itu, menelitinya sekilas-kilas dalam lekas. Tetiba, sepasang mataku terhenti di sebingkai potret mesra, dan seketika ia menggurat lara. Lalu, kejut menyambut, bersama sebaris ucapan selamat bernada riang, yang makin buatku tercengang. Benarkah yang ditangkap mata ini? Kuyakinkan bahwa sepasang indera itu masih awas, masih jelas. Ya, berarti ini bukan dusta. Tapi entah mengapa, aku tak terlalu percaya. Memang, kamu sendiri pun telah lama tak tersapa. Kalau kamu kira aku sudah bosan, sudah enggan, kamu salah duga. Kamu masih ada di sini, meski aku sudah jarang menghampiri. Kamu belum hilang dari sini, meski aku tak selalu kembali. Ketahuilah, jika rindu menyapa sewaktu-waktu, aku datang padamu. Bukan dengan langkah kaki, tapi lewat hati. Bukan dengan lambai tangan, tapi cukup lewat alunan. Alunanmu masih tetap ada di luar kepala, ...